Syaiful Arif, Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila (PSPP), mengemukakan, derasnya era digitalisasi, sekaligus menjadi tantangan maupun ancaman ter
Seharusnya era digital memperkuat kehadiran Pancasila |
Dalam webinar bertema Pancasila, Apa Kabarmu Kini, di Jakarta (8/6), yang diselenggarakan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, Saiful menyebut masuknya dunia digital, “memporak porandakan kualitas Pancasila kita.”
Sebagai ilustrasi, Syaiful menyinggung survei Setara Institute baru-baru ini tentang pemahaman siswa SMA terhadap Pancasila. Sebanyak 83,3 persen siswa SMA di survei itu menganggap Pancasila bisa diganti. Padahal Pancasila adalah kaidah fundamental negara.
“Ini adalah temuan yang membuat kita sadar bahwa pendidikan Pancasila kita telah gagal. Guru PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) di SMA gagal memberi pemahaman pada siswa bahwa Pancasila itu tidak bisa diganti,” papar Saiful. Karena generasi kini, dengan mudah membandingkan Pancasila dengan model lainnya lewat dunia digital. Sementara para tenaga pendidik sering terlambat mengantisipasinya.
Saiful Arif |
Jadi, “amandemen UUD tidak bisa menyasar pada Pembukaan UUD yang mengandung Pancasila. Pasal 37 UUD Negara RI mengatur amandemen UUD hanya terjadi pada batang tubuh UUD,” terang Syaiful (dh).
Foto: abri/Istimewa