Berbagi kebahagian harus sering dilakukan dalam membina pernikahan Jakarta ( Indonesia Mandiri ) – Banyak pasangan tidak sadar bahwa pernika...
Berbagi kebahagian harus sering dilakukan dalam membina pernikahan |
Rani Anggraeni Dewi menyatakan itu dalam Webinar di Jakarta (16/2), diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Menurut Rani, di dalam institusi pernikahan itu tidak ada kebahagiaan yang otomatis. Kebahagiaan itu harus diciptakan sendiri oleh masing-masing pasangan. “Dan lalu kita berbagi kebahagiaan,” tambahnya.
Menurut penelitian, sambung Rani, 18 bulan setelah pernikahan, romantisme atau romantic love mulai pudar. Biasanya hilangnya romantisme ini juga terjadi sesudah anak lahir. Jadi, sebagai konselor pernikahan, Rani mengajarkan pada pasangan untuk bersikap kritis, serta melakukan refleksi tentang apa yang menjadi tujuan mereka menikah.
Apa alasan yang lebih luhur dan lebih tinggi selain melegalkan hubungan seks. “Kalau tujuan pernikahan cuma sekadar untuk menghalalkan hubungan seks dan mencari keturunan, itu dangkal sekali menurut saya,” kritik Rani. Ia menyesalkan adanya kelompok yang mengkampanyekan pernikahan di usia dini, sekadar “untuk menghindari dari berzina.”
Saran Rani, sebelum menikah sebaiknya setiap orang menyampaikan kepada pasangannya apa yang tujuan diharapkan dari pernikahan itu. Lalu mereka berdua sesudah menikah sama-sama berjuang dan membantu pasangannya untuk mewujudkan tujuan itu.
Rani Anggraeni Dewi |
Makanya, menyelesaikan KDRT tidak cukup dengan sekadar minta maaf. “Karena yang sering terjadi, KDRT itu berulang kali terjadi sehingga permintaan maaf menjadi klise,” ungkapnya (ma).
Foto: Istimewa