Suatu sore di akhir Januari kemarin, sebagian bapak dan anak muda masyarakat dari Kampung (Pulau) Mutus Timur , Distrik Waigeo Barat Daratan, Kabupate
Masyarakat mendengar penjelasan dari narasumber PILI sebelum membuat kebun karang |
Dua narasumber PILI, Juswono Budisetiawan yang juga peneliti kemaritiman dari Universitas Gajah Mada dan Azhar Mutaqqin dari Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional/BKKPN Kupang Satker Raja Ampat, dengan sabar menjelaskan pentingnya merawat terumbu karang serta membuat kebun karang agar ikan yang ada tetap hadir di perairannya.
Diskusi sederhana namun tetap serius ini, diadakan di pinggir Pantai Mutus, diselingi dengan beberapa pertanyaan dari masyarakat setempat. Tampak hadir Kepala Kampung Mutus Markilus Dimara, Plt Kepala Kampung Persiapan Mutus Timur Syoris Sauyai serta Tokoh Adat Mutus: Markus Dimara.
Intinya, mereka ingin agar nasibnya sebagai nelayan tetap berkelanjutan sampai anak cucunya dan ekosistem lautnya tetap dalam kondisi subur. Masyarakat Mutus sadar dan mengakui, dahulu, sempat ada yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak. Ini, dampaknya, banyak (terumbu) karang yang menjadi rumah ikan dan ekosistem laut lainnya tumbuh menjadi rusak. Bila sudah rusak, ikan pun enggan berada disekitarnya.
Evi Indraswati damping masyarakat terjun ke laut |
PILI tak hanya memberi penerangan kepada masyarakat Mutus di daratan. Tapi juga langsung terjun ke laut, membangun kebun karang secara bersama. Ini disambut antusias oleh masyarakat setempat, yang dengan hanya bermodal masker, langsung menyelam di kedalaman sekitar empat-lima meter.
Kebun karang yang berhasil dibuat |
Foto: abri/juswono