Sering kali kita melihat di media sosial atau tayangan media lainnya yang mempertontonkan kecantikan pesona pariwisata Kepulauan Raja Ampat, di Papua
Anak-anak di SAP Raja Ampat asik bermain di laut |
Ini yang diperlihatkan pegiat lembaga swadaya masyarakat dari Yayasan Pusat Ilmu Lingkungan Indonesia (PILI), saat melaksanakan program penberdayaan masyarakat pesisir di Suaka Alam Perairan/SAP Raja Ampat. Mereka menyentuh salah satu hal paling mendasar bagi masyarakat Raja Ampat, yaitu kekuatan adatnya. Melanjutkan program Pemerintah tentang pelestarian terumbu karang yang disebut Coremap-CTI (coral reef rehabilitation and management program-coral triangle initiative) melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional-Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau PPN/Bappenas, maka PILI sasar beberapa masyarakat pesisir di SAP Raja Ampat untuk dibina.
Karena dengan memberdayakan masyarakat di SAP Raja Ampat, maka dengan sendirinya mereka akan lebih siap menerima wisatawan yang akan datang di pulaunya. PILI melakukan pembinaan ke masyarakat di Pulau Bianci, Waisilip, Manyaifun, Meos Manggara, Meos Arar dan Mutus. “Di Pulau Meos Arar itu masyarakatnya sudah punya rencana mau kembangkan wisata bahari. Juga di Mutus, untuk proses budidaya ikannya menarik kalau bisa dilihat sama wisatawan,” jelas Hasim Andi Taufik, Koordinator Lapangan PILI.
Yayasan PILI ajarkan masyarakat Raja Ampat kelola potensi alamnya dengan benar |
Namun, mesti dingat, Raja Ampat adalah kawasan konservasi yang harus dikelola dengan benar. Utamanya bagi masyarakat lokal yang menghuni secara turun temurun di Raja Ampat dan sangat menggantungkan hidupnya dari laut. Dan, kedepan, sektor wisata bahari adalah andalan keuntungan selanjutnya yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan serta tepat sasaran, seperti dilakukan oleh PILI (ma).
Foto: abri