Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA bertekad menerbitkan ulang 100 buku yang mewarnai sejarah bangsa Indonesia. Penerbitan itu dalam format “print
Jakarta (IndonesiaMandiri) – - Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA bertekad menerbitkan ulang 100 buku yang mewarnai sejarah bangsa Indonesia. Penerbitan itu dalam format “print on demand.”
Melalui proses seleksi dari para ahli, telah didaftar ratusan buku yang kemudian dipilih 100 buku paling mewarnai sejarah Indonesia.
Hal ini dibahas pada Webinar Obrolan Hati Pena #14, bersama dua tim ahli yang turut menyeleksinya, yakni: Manuel Kaisiepo (kategori non-fiksi) dan Nia Samsihono (fiksi). Webinar berlangsung Minggu (21/11), pukul 14.00-16.00 WIB serta dipandu Swary Utami Dewi dan Anick HT.
Beberapa buku fenomenal dalam daftar 100 itu adalah “Di bawah Bendera Revolusi” karya Bung Karno (1959), “Renungan Indonesia” karya Sutan Sjahrir (1947), “Demokrasi Kita” karya Bung Hatta (1963), dan “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya RA Kartini (1922).
Sekjen SATUPENA, Dr. Satrio Arismunandar, menjelaskan, tradisi merangkum 100 buku yang berpengaruh besar dan membentuk suatu bangsa, sebelumnya sudah dilakukan Library of Congress di Amerika Serikat. Library of Congress adalah gudang pengetahuan dan informasi terbesar di dunia.
Pada 2013, bekerjasama dengan Amazon, kepada publik ditawarkan koleksi khusus “Books That Shaped America.” Koleksi ini dibuat berdasarkan buku-buku pilihan Library of Congress terbaru karya penulis Amerika, yang memicu pemikiran, kontroversi, dan perubahan di seluruh sejarah Amerika.
Webinar bisa diikuti di link zoom: https://s.id/hatipena14. Juga melalui livestreaming: Youtube Channel, Hati Pena TV. Selain itu, lewat Facebook Channel: Perkumpulan Penulis Indonesia – Satupena. Disediakan sertifikat bagi yang membutuhkan (ma).