Sains memberi kita pengetahuan (knowledge), tetapi flsafat juga berkontribusi kita kearifan (wisdom). Jadi, baik sains maupun filsafat sama-sama dibut
Capaian kemajuan sains |
Demikian diucapk Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, pada Webinar Obrolan Hati Pena #15. Webinar tersebut membahas polemik sains vs filsafat, yang cukup ramai di media belakangan ini.
Dr. Budhy Munawar Rachman, dosen STF Driyarkara, menjadi nara sumber webinar SATUPENA berlangsung di Jakarta (28/11), dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Amelia Fitriani .
Denny mengakui, metode kerja sains sekarang ini tidak lagi memerlukan filsafat. Sains sudah mandiri. Tetapi filsafat juga tidak memerlukan sains. “Keduanya saling tidak memerlukan, tetapi manusia memerlukan kedua-duanya,” ujar Denny.
Polemik ini dipicu pada 2010, ketika fisikawan Stephen Hawking menyatakan, filsafat sudah mati. Para filsuf dianggap tidak update dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Metode sains dianggap mampu memberikan jawaban yang lebih terukur dan bisa diobservasi, ketimbang spekulasi filsafat.
“Tapi tak semua sepakat dengan Hawking, termasuk dari kalangan ilmuwan sendiri,” ujar Denny. Mereka menyatakan, banyak ilmuwan pintar. Tetapi tidak memahami apa itu filsafat, batas, dan metode kerja filsafat, yang memang berbeda dengan sains.
Denny JA |
Foto: Istimewa