Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, mengapresiasi kesiapan pemerintah daerah bersama masyarakat di Desa Kole S
Kuburan Batu yang ada sejak tahun 1215 menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan |
Desa Wisata Kole Sawangan ditetapkan sebagai salah satu dari 50 besar desa wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Kole Sawangan baru mengajukan untuk menjadi desa wisata pada empat bulan lalu. Sebagai desa wisata rintisan, Kole Sawangan dinilai siap menyambut wisatawan dengan atraksi dan daya tarik yang dimiliki.
"Ini juga karena kerja cepat dari birokrasi Pemerintah Kabupaten Tana Toraja yang sudah mengeluarkan SK (desa wisata) dan mengurus kelengkapan dokumen. Karena desa wisata itu bisa maju kalau dukungannya adalah semua pihak berkolaborasi," kata Menparekraf. Anugerah Desa Wisata Indonesia bertujuan menggerakkan ekonomi secara berkeadilan di desa-desa yang sangat membutuhkan sentuhan. "Oleh karena itu ADWI ini memiliki tema Indonesia Bangkit," kata Sandiaga.
Desa Wisata Kole Sawangan terletak di Kecamatan Malimbong Balepe', Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Dari Bandar udara Toraja, membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di desa yang terletak di kaki Gunung Sado'ko ini. Kekuatan adat dan budaya menjadi daya tarik utama dari Desa Wisata Kole Sawangan. Seperti kawasan Toraja pada umumnya, di desa wisata ini wisatawan bisa menemui deretan Tongkonan atau rumah adat orang Toraja yang indah nan megah. Tongkonan merupakan rumah panggung tradisional masyarakat Toraja berbentuk persegi empat panjang.
Di Kole Sawangan wisatawan dapat melihat salah satu Tongkonan tertua di Toraja. Tongkonan tersebut awalnya dibangun pada tahun 1200 dan beratap batu. Namun pada 1939, Tongkonan tersebut terbakar dan baru dipugar 7 tahun kemudian. Melalui Tongkonan tersebut, wisatawan akan mendapatkan gambaran kesahajaan masyarakat Toraja yang sangat menghormati budaya luhur.
Selain sebagai tempat tinggal, Tongkonan juga memiliki peranan kuat sebagai tempat rumpun keluarga dalam melaksanakan upacara-upacara yang berkaitan dengan sistem kepercayaan, sistem kekerabatan, dan sistem kemasyarakatan. Di bagian depan Tongkonan, wisatawan bisa melihat deretan tanduk kerbau yang terpajang. Tanduk kerbau tersebut merupakan simbol bahwa pemilik rumah adalah tuan yang sudah melakukan upacara rambu solo' yaitu sebuah upacara pemakaman secara adat atau pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.
Di Desa Wisata Kole Sawangan juga terdapat kuburan batu Saluliang, merupakan salah satu kuburan batu tertua di Toraja, yakni sejak 1215 dan masih digunakan sampai sekarang. Batu-batu besar yang berjejer mengikuti kontur tanah itu dilubangi dan dipahat menjadi liang kubur. Kuburan batu ini memiliki liang terbanyak dari semua kuburan batu yang ada di Toraja yakni sebanyak 107 buah. Saluliang juga merupakan tempat pemujaan leluhur aluk todolo. Aluk Todolo sendiri merupakan agama leluhur nenek moyang suku Toraja.
Menparekraf juga menyerahkan bantuan mesin pemotong bambu bagi Desa Wisata Kole Sawangan untuk nantinya dapat digunakan masyarakat dalam meningkatkan produk ekonomi kreatif, khususnya produk anyaman bambu. "Anyaman bambu dari Desa Wisata Kole Sawangan ini banyak peminatnya. Oleh karena itu kita gerak cepat, hadir dengan solusi dan fasilitasi mesin pemotong bambu, mesin pemroses kerajinan bambu. Mudah-mudahan dalam waktu beberapa minggu ke depan sudah bisa terpasang dan membantu proses produksi sehingga bisa meningkatkan penghasilan dan pendapatan bagi masyarakat desa Kole Sawangan," jelas Sandiaga.
Kole Sawangan miliki banyak keunggulan sehingga layak menjadi desa wisata |