Bali (IndonesiaMandiri) – Taman Nasional Bali Barat (TNBB) kembali melepasliarkan 54 ekor Burung Curik Bali ke alam. Pelepasliaran ini dilaksanakan di
Burung Curik Bali sangat bersahabat dengan warga setempat di Bali bagian Barat |
Burung Curik Bali merupakan satwa endemik yang diperkiraan populasi awalnya berjumlah 300 – 900 ekor, menyebar di pesisir Utara dan Selatan Pulau Bali Bagian Barat, mulai dari Desa Seririt Kabupaten Buleleng sampai Desa Melaya Kabupaten Jembrana seluas 300 km persegi.
Namun pada tahun 1900-an Curik Bali hanya dijumpai di kawasan TNBB dengan jumlah populasi sangat rendah. Di 2001 hanya tersisa 6 ekor. Ini menjadi pertimbangan International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak 1966, menggolongkan Curik Bali satwa yang hampir punah (critical endanger). Dan Pemerintah Indonesia pada 1970 memasukkan burung curik bali sebagai satwa dilindungi.
Atas upaya konservasi intensif Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK, berdasarkan hasil monitoring pada Desember 2020, burung curik bali di habitat alami kawasan TNBB berjumlah lebih 341 ekor. Lalu meningkat setiap tahunnya dari base line data 2015 sejumlah 57 ekor. Berturut-turut dari 2016 ada 81 ekor, 2017 jadi 109 ekor,2018 naik 184 ekor dan 2019 berjumlah 256 ekor.
"Burung Curik Bali kini tidak hanya dijumpai di dalam kawasan Taman Nasional Bali Barat. Burung ini dalam 2 (dua) tahun terakhir, mulai terlihat memperluas daerah jelajah habitat hingga di daerah penyangga kawasan TNBB," ujar Kepala Balai TNBB, Agus Ngurah Krisna K.
Agus menambahkan jika berdasarkan hasil pantauan petugas dan laporan masyarakat, dijumpai kelompok-kelompok burung curik bali yang menetap atau hanya mencari makan dan bermain di kebun, pekarangan rumah dan di areal Hutan Produksi yang terdapat usaha agroforestry Perhutanan Sosial oleh masyarakat.
"Di Dusun Klatakan Desa Melaya dijumpai 20 (dua puluh) ekor burung curik bali, di Desa Sumberklampok 5 (lima) ekor, Hutan Produksi dijumpai 88 (delapan puluh delapan) ekor, di Desa Pejarakan dijumpai 4 (empat) ekor dan 10 (sepuluh) ekor di Desa Gilimanuk. Bahkan pernah ada laporan masyarakat terkait keberadaan burung curik bali hingga di Desa Pemuteran yang berjarak 8 km dari kawasan TNBB," ungkapnya.
Fenomena penyebaran burung curik bali ini diterima sangat baik oleh masyarakat sekitar. Mereka bahkan merelakan buah – buahan yang ada di kebunnya dimakan. Di sisi lain terjadi simbiosis mutualisme ditunjukkan melalui interaksi burung dengan hewan ternak, serta memakan ulat dan serangga yang menjadi hama tanaman palawija petani (lw).