Merauke (IndonesiaMandiri) – Salah satu prajurit dari Satuan Kostrad Yonif 433/JS Makassar yang pernah bertugas dalam operasi Pengamanan Perbatasan (P
Serda Makmur bersama anaknya dan Brono (saat masih remaja) |
Kisahnya bermula saat Serda Makmur ditempatkan dalam operasi Pamtas di Pos Ninati, Kabupaten Boven Digoel, Papua, pada 2009. Saat itu, pangkat Serda Makmur masih Pratu. Ketika ia sedang mengajar di salah satu sekolah di Kampung Ninati, bertemu dengan seorang anak Orang Asli Papua (OAP) bernama Bruno Aisek, berusia 9 tahun.
Dari perkenalan ini, Bruno jadi sangat dekat dengan Makmur, dan menuturkan sejak usia 4 tahun dirinya sudah ditinggal oleh orangtuanya yang berada di Papuua Niugini/PNG. Sehingga, karena keberadaan orangtuanya sampai saat ini tak diketahui, Bruno dipelihara kakeknya.
Mendengar kisah tersebut, Makmur merasa iba dan terketuk hatinya untuk membantu Bruno serta mewujudkan mimpinya menjadi prajurit TNI. Sejak saat itulah, Bruno diajak Makmur ikut membantu di Pos Ninati.
Bruno kini sedang menjalani pendidikan di Sekolah Tamtama TNI AD |
Betul saja. Lalu, Makmur dengan biaya sendiri memberangkatkan Bruno ke Makassar menggunakan pesawat udara. Di Makassar, Bruno tinggal bersama Makmur, disekolahkan mulai SD hingga lulus SMU. Kemudian Bruno disuruh kembali ke Merauke untuknmendaftarkan diri pada Prajurit TNI AD. Dan, Bruno berhasil lulus seleksi. Kini, ia masih mengikuti pendidikan Sekolah Tamtama TNI AD di Rindam Ifar Gunung Jayapura, Papua.
Danrem 174 Merauke Brigjen TNI Bangun Nawoko selaku Komandan Komando Pelaksana Operasi (Dankolakops) Korem 174/ATW Merauke apresiasi kepada Serda Makmur, karena perjuangannya sangat mulia dan pantas menjadi suri teladan bagi prajurit yang bertugas di Papua. “Kunci keberhasilan tugas di Papua hanya satu yaitu harus punya keberanian, mencintai, menghormati dan menghargai harkat dan martabat Orang Asli Papua,” tegasnya (ma).