Selat Sunda (IndonesiaMandiri) – Di tengah kesibukan Tim Badan Keamanan Laut atau Bakamla RI/Indonesia Coast Guard membantu operasi SAR jatuhnya pesaw
Kapal survey Cina yang melintas perairan Indonesia tanpa mengaktifkan sinyal AIS |
Seperti dilaporkan Puskodal Bakamla pada Rabu malam (13/1), telah mendeteksi adanya gerakan kapal asing, yang ternyata kapal survei china di Selat Sunda. Kapal survei/research vessel Xiang Yang Hong 03 berbendera Cina itu sedang berlayar di Perairan Selat Sunda dengan kecepatan 10,9 knots dan haluan ke barat daya.
Berdasarkan pantauan, kapal tersebut telah mematikan AIS (automatic identification system) sebanyak tiga kali selama melintasi Alur Laut Kepulauan Indonesia – I (ALKI-I). AIS adalah sistem tracking otomatis yang memberikan informasi tentang keadaan kapal baik posisi, waktu, haluan dan kecepatannya untuk kepentingan keselamatan pelayaran.
Xiang Yang Hong 03 diketahui telah mematikan AIS saat berada di Laut Natuna Utara, Laut Natuna Selatan dan Selat Karimata. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 7/2019 tentang Pemasangan dan Pengaktifan Sistem Identifikasi Otomatis bagi Kapal melintas di Perairan Indonesia tertanggal 20 Februari 2019, wajib memasang dan mengaktifkan AIS.
Dari informasi tersebut, Laksma Bakamla Suwito, Direktur Operasi Laut Bakamla yang sedang memimpin tim SAR SJ-182 di perairan Pulau Lancang, setelah berkoordinasi dengan komandan SAR gabungan, perintahkan Letkol Bakamla Anto Hartanto, komandan KN.Pulau Nipah 321 untuk segera bertolak menuju selat sunda mendekati kapal tersebut.
Pada pukul 09.30 KN Pulau Nipah 321 bergerak dan tiba di Selat Sunda pukul 13.40. Kapal survei Cina terdeteksi berada pada jarak 40 Nm dengan kecepatan 9 knots dan arah haluan ke selatan. KN Pulau Nipah meningkatkan kecepatan hingga 20 Knots untuk mendekati kapal tersebut. Sekitar pukul 20.00, Kapal Xiang Yang Hong 03 terdeteksi pada jarak 10 Nm dari kapal Bakamla.
KN Pulau Nipah 321 membuka komunikasi melalui radio marine band di channel 16 dan mendapat respo. Berdasarkan hasil komunikasi dan identifikasi, dapat diketahui, kapal ini memang bertolak dari Cina menuju Samudera Hindia dan melewati perairan Indonesia menggunakan Hak Lintas Alur Kepulauan sesuai dengan UNCLOS.
Dari keterangan yang diberikan, penyebab tidak terdeteksinya AIS di tiga periode waktu disebabkan karena adanya kerusakan pada sistem tersebut. Sesuai Permenhub, apabila AIS tidak berfungsi, maka Nahkoda wajib menyampaikan informasi kepada Stasiun Radio Pantai (SROP) atau Stasiun Vesstel Traffic Service (VTS) serta mencatat kejadian tersebut pada buku catatan harian (log book) kapal yang nantinya dilaporkan kepada Syahbandar.
Dalam situasi ini, KN Pulau Nipah 321 tak dapat melaksanakan dokumentasi dan pemeriksaan lebih lanjut dikarenakan cuaca buruk. KN Pulau NIpah 321 terus membayangi kapal survei Cina hingga keluar dari ZEEI sekitar pukul 21.00. KN PUlau Nipah 321 pun lalu kembali ke daerah Operasi SAR Gabungan Pesawat SJ182 (ma).
Foto: Istimewa