Jakarta (IndonesiaMandiri) – Kapal Riset/KR ARA dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) ikut terjun membantu pr
Tim Kemenko Marves diisi oleh peneliti dalam dan luar negeri bantu pencarian benda pesawat naas Sriwijaya Air |
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Safri Burhanuddin mengatakan, KR ARA telah memulai misi pencarian potongan badan pesawat dikuti 10 orang Tim dari Kemenkomarves dan MTCRC (Marine Technology Cooperation Research Center) yang dikoordinir oleh Andreas A. Hutahaean.
"Pada misi ini, KR ARA dilengkapi peralatan Multibeam Echosounder yang terintegrasi dengan High Resolution Global Positioning System (HR-GPS) yang mampu memonitoring dan ‘menyapu’ dasar perairan hingga radius beberapa ratus meter secara tiga dimensi," jelas Safri (13/1).
Daru hasil pemantauan echosounder, tim mengidentifikasi terdapat beberapa obyek diduga potongan logam di dasar perairan pada sektor II titik pencarian yang telah ditentukan sebelumnya. Gambaran adanya benda berbahan logam itu diduga berasal dari potongan pesawat SJ 182, diperoleh dari tujuh titik pencarian dengan cara disisir atau dilalui menggunakan KR ARA.
Temuan tersebut disampaikan ke pihak BASARNAS sebagai Koordinator Pencarian dan Evakuasi Pesawat Sriwijaya Air tersebut.
"Pada hari Selasa, survei terhambat akibat cuaca dan gelombang yang cukup tinggi berkisar 1-1,5 meter menjelang sore hari. Oleh karena itu, disarankan agar untuk survey selanjutnya tim Kemenko Marves dan MTCRC dapat mulai survei lebih pagi lagi sekitar pukul 06.00 WIB," terangnya.
Tim menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih menuju lokasi yang menjadi titik jatuhnya pesawat dan jaraknya sekitar 16 mil dari titik sandar KR ARA di wilayah Muara Baru, Jakarta Utara. Cuaca dan gelombang yang kurang bersahabat membuat jalannya misi kurang maksimal, bahkan KR ARA dan tim harus sandar ke Pulau Lancang, Kepulauan Seribu sejenak.
Proses survei laut pada misi ini dimulai sekitar pukul 09.40 WIB hingga pukul 12.00 WIB dengan menyisir titik pencarian yang telah ditentukan.
Dalam misi ini, Kemenko Marves berkolaborasi dengan lembaga riset international Indonesia dan Korea Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) yang diisi peneliti Oceanografi dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Diketahui KR ARA sendiri memiliki GPS canggih dengan teknologi, di antaranya Multibeam Echosounder, Single Beam Echosounder, Sub Bottom Profiler untuk melihat kondisi di dasar laut, CTD, HR GPS, dan Grab pengambil substrat di dasar laut (dh).