Bogor (IndonesiaMandiri) – "Di Biro Komunikasi Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), mendokumentasikan suatu momentum sudah menj
Membuat dokumentasi foto dan video, tak harus dilakukan seorang profesional. Melalui ponsel juga sudah bisa |
Kemenparekraf/Baparekraf menggelar kegiatan Peningkatan Kompetensi Produksi Konten Foto, Video, dan Dokumentasi di Hotel Royal Tulip Gunung Geulis, Bogor, Jawa Barat (15/12), untuk di internal unit Komunikasi Publik, untuk meningkatkan kualitas informasi yang disampaikan, baik ke dalam dan masyarakat umum.
Agustini mengatakan, mengabadikan sebuah momentum dalam bentuk visual adalah salah satu bagian terpenting dalam kegiatan peliputan. Sebab, mengabadikan momentum tidak sekadar untuk menyebarkan informasi, melainkan menjadi penguat dari sebuah narasi publik. Dan, tambah Agustini, mengabadikan momen dalam bentuk foto dan video tak melulu dilakukan seorang profesional, namun juga bisa oleh nonprofesional meski hanya dengan ponsel.
Turut hadir dalam pelatihan ini, pembicara dari Editor in Chief of National Geographic Indonesia, Didi Kasim; Senior Fotografer Kemenparekraf, Bambang Widjanarko; dan Mantan Jurnalis Foto Harian Kompas, Arbain Rambey.
Didi Kasim, menjelaskan konten foto dan video sangat diperlukan untuk memperjelas, memperindah, memperkuat, dan mempertegas suatu cerita atau narasi. "Ketika sebuah tulisan sudah begitu panjang, lengkap, agar lebih menarik perlu ditambahkan suatu ilustrasi seperti infografis, ataupun dari foto dan video. Hal ini juga mendorong masyarakat agar tertarik untuk membaca. Konten foto dan video pun juga bisa bercerita dan menjelaskan suatu momentum atau kejadian," ulas Didi.
Sedangkan Arbain Rambey menyebut, sebagai fotografer, maka seseorang harus mampu menangkap momen apa pun yang layak untuk didokumentasikan. Hal ini bertujuan agar tidak ada momen penting yang tertinggal dan dapat diabadikan. “Fotografer itu harus awas sekali, menunggu momen, agar tidak ketinggalan momen,” pesan Arbain
Bambang Widjanarko menambahkan, menjadi seorang fotografer dan videografer sangat memerlukan etika dalam mendokumentasikan suatu momen di instansi pemerintahan. "Saya belajar banyak soal etika ini dari protokol. Kita memang mengabadikan sebuah momen, tapi jangan lupakan etika. Misalnya saat menteri sedang makan sebaiknya tidak memotretnya. Ini etika yang paling mendasar," ungkap Bambang (vh/dh).