Jakarta (IndonesiaMandiri) – Indonesia memiliki kekuatan besar untuk dapat mencapai kedaulatan digital melalui aplikasi dan game. Digital ekonomi Indo
Kekayaan budaya dan kearifan lokal Indonesia bisa dimanfaatkan untuk usaha aplikasi dan game |
Jakarta (IndonesiaMandiri) – Indonesia memiliki kekuatan besar untuk dapat mencapai kedaulatan digital melalui aplikasi dan game. Digital ekonomi Indonesia dari 2015 hingga 2018 mengalami peningkatan pertumbuhan 49 persen dari 18 miliar dolar AS menjadi 27 miliar dolar AS. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai the fastest-growing digital economy di ASEAN. Hal itu juga dapat terlihat dari keberadaan 5 unicorn di Indonesia seperti Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, Ovo, dan Gopay, serta 1 decacorn Gojek.
Ha ini diutarakan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf Hari Santosa Sungkari, dalam "Digital Conference & Exhibition, Indonesia Digital 2020" secara daring (5/11). Untuk sektor game, market size Indonesia pada 2020 mencapai 1.004 juta dolar AS dan 672 juta dolar AS, diantaranya datang dari mobile game yang pertumbuhannya 70,1 persen year on year (YoY).
"Jadi itulah yang membuat subsektor ini sangat seksi untuk kita bina. Saya bermimpi dari penguatan jejaring ini nantinya ada produk gim dan apps yang bisa menjadi tuan rumah di negara kita sendiri. Mungkin saja produk itu adalah buatan dari beberapa studio yang merupakan gabungan dari Depok dan Balikpapan, atau Balikpapan dan Malang, dan sebagainya. Menjadi hak milik bersama sehingga bisa jadi tuan rumah di negara sendiri dan bisa menembus pasar internasional dengan syarat bahwa produk yang kita bawa itu harus punya uniqueness," harap Hari
Keunikan Indonesia karena dilandasi dengan kekayaan ragam budaya, bahasa, agama dan kearifan lokalnya. "Angkatlah kearifan lokal lalu bungkus dengan kekinian yang bisa kita buat, sehingga kita tidak membuat another mobile Legend dan another PUBG, tapi satu gim dari Indonesia," tambah Hari.
"Kemenparekraf/Baparekraf mendorong agar terus terjadi kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah tidak bisa melakukan sendiri, harus bersama-sama dengan seluruh pihak sehingga tercipta produk yang bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri dan kancah internasional. Tujuannya adalah kita memiliki kedaulatan digital yang kuat," terang Hari.
Acara ini sebagai upaya memperkuat jejaring pelaku ekonomi kreatif khususnya sektor aplikasi dan gim di empat kota yakni Balikpapan, Depok, Malang, dan Yogyakarta. Turut hadir Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Muhammad Neil El Himam, Ketua IDPro (Indonesia Data Center Providers) Hendra Suryakusuma, CEO Alterra Ananto Wibisono, CEO Wisageni Rudi Sumarso dan Praktisi, Akademisi dan Pemerhati industri Aplikasi dan Gim, Rudi Sumarso.
Hendra Suryakusuma menambah, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur data center di Indonesia sehingga dapat menunjang aplikasi dan gim sebagai bagian dari subsektor di bidang ekonomi kreatif dalam membangkitkan perekonomian sekaligus menuju kedaulatan digital. Dari sisi data center market, pada 2020 tercatat 53 megawatt, di antaranya dikelola oleh para anggota IDPro dan di tahun depan ditargetkan berkembang menjadi 120 megawatt.
"Meski jika dibandingkan dengan Singapura yang jumlah penduduknya hanya 5,6 juta memiliki kapasitas data center mencapai 500 megawatt. Sehingga ini jadi peluang kita untuk terus menumbuhkan data center di Indonesia," ungkap Hendra (ag/ma).