Jakarta (IndonesiaMandiri) – Kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif/parekraf dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat di berbagai daerah, diharapkan dapat mendorong kembali geliat ekonomi nasional yang terdampak besar akibat pandemi Covid-19. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio dalam keterangannya (6/8) menyebut, laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi nasional pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi negatif 5,32 persen (YoY). Kontraksi terdalam dialami sektor transportasi dan pergudangan mencapai 30,84 persen. Penurunan terbesar kedua dialami sektor jasa akomodasi dan makanan dan minuman yang mengalami kontraksi sebesar 22,31 persen.
Semangat dan optimis untuk bangkit kembali dengan adaptasi kebiasaan baru perlu ditumbuhkan di kalangan industri parekraf |
"Penyebabnya adalah terhentinya pergerakan manusia akibat pandemi yang membuat masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah. Selain itu juga banyak ditutupnya tempat rekreasi dan hiburan yang berimbas pada menurunnya tingkat hunian kamar hotel serta restoran. Sehingga dampaknya pada sektor pendukung pariwisata dan ekonomi kreatif seperti transportasi cukup besar," ucap Wishnutama.
Namun sejak kebijakan pelonggaran PSBB diberlakukan oleh beberapa pemerintah daerah, perlahan geliat ekonomi nasional mulai bergerak. Terakhir, Pemerintah Provinsi Bali membuka kembali sektor pariwisata untuk wisatawan nusantara. Untuk itu, Wishnutama berharap kegiatan pariwisata dapat kembali mendorong perekonomian nasional, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan menjadi syarat mutlak. Tidak hanya bagi masyarakat, tapi juga bagi para pelaku usaha parekraf.
"Kami telah menginisiasi kampanye InDOnesia CARE, yaitu strategi komunikasi untuk membangun kepercayaan publik dan membuktikan bahwa semua tempat usaha sektor parekraf telah mengutamakan prinsip-prinsip kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan lestari bagi konsumennya," terang Wishnutama.
Sementara bagi sektor industri, pemerintah menggulirkan berbagai kebijakan dan fasilitasi stimulus fiskal dan nonfiskal pelaku usaha parekraf dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Diantaranya mendorong pelaku parekraf untuk memanfaatkan dana talangan yang disalurkan melalui Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara). Serta yang terbaru, pendampingan Pemerintah kepada Korporasi Padat Karya yang dilakukan melalui penyediaan fasilitas penjaminan sehingga perbankan dapat menambah exposure kredit modal kerja kepada pelaku usaha di sektor prioritas. Salah satunya adalah pariwisata yakni hotel dan restoran.
"Kemenparekraf tidak bisa bekerja sendirian menghadapi segala dampak yang timbul dari pandemi Covid-19. Perlu ada usaha bersama dengan kolaborasi baik antara pemerintah, industri, serta masyarakat," ajaknya. Sebelumnya Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangannya mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2020 yang terkontraksi sebesar minus 5,32 persen adalah yang terendah sejak 1999.
"Untuk itu kita perlu bekerja sama. Kita semua harus bergandeng tangan membangun optimisme supaya kita semua bersatu untuk melawan Covid-19 dan salah satu kunci yang paling penting untuk menuju pemulihan ekonomi nasional adalah kedisiplinan kita semua untuk betul-betul mematuhi protokol kesehatan," tegas Suhariyanto (ag/ma).