Jakarta (IndonesiaMandiri) – Teknologi drone, salah satu jenis alat utama sistem senjata (alutsista) berupa pesawat tanpa awak, terus berkembang pesat. Seperti yang diperlihatkan Drone MQ-9B buatan General AtomicsAeeonautical Suatems, Inc. (GA-ASI) disebut sebagai Remotely Piloted Aircraft, memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh pesawat tempur berawak. Bergantung pada muatan yang dibawanya, pesawat ini mampu terbang non-stop hingga 40 jam. Drone ini sedang di uji kemampuan untuk berbagai misi, termasuk untuk intai maritim dan peperangan anti-kapal selam (ASW), serta spektrum peperangan elektronika (EW), termasuk skenario dengan tingkat ancaman tinggi.
Foto: Istimewa |
Drone ini sedang di uji kemampuan untuk berbagai misi, termasuk untuk intai maritim dan peperangan anti-kapal selam (ASW), serta spektrum peperangan elektronika (EW), termasuk skenario dengan tingkat ancaman tinggi.
Seri drone GA-ASI MQ-9 MALE (Medium-Range, Long-Endurance) dikembangkan sejak era 1990an, dimana versi awalnya "Predator" dengan kemampuan Intelligence, Surveillance and Reconnaissance (ISR). Predator dari Amerika Serikat ini terbukti kemampuannya di Bosnia (1995) maupun di Timur Tengah (2001). Lalu diluncurkan versi yang lebih canggih MQ-9A "Reaper" milik USAF dan MQ-9C "Gray Eagle" milik US ARMY.
Seri MQ-9 juga diproduksi versi non-militernya seperti yang digunakan oleh US Custom and Border Protection yang mulai dioperasikan pada 2005. Sampai akhirnya kini diluncurkan varian MQ-9B "SkyGuardian/SeaGuardian". Menurut berita yang telah dilansir, MQ-9B ini juga diminati oleh Inggris, Australia dan Belgia.
Ketertarikan beberapa pihak di luar AS, dikarenakan penilaian MQ-9B sangat nyaman dalam pengoperasiannya dalam pasukan koalisi, baik secara network maupun pengoperasian bersama karena sistem arsitektur terbuka dan protokol komunikasi yang umum.
Dalam mengembangkan drone MQ-9, pihak GA-ASI berupaya memenuhi standar kebutuhan operasional dan kebutuhan teknis pihak Amerika Serikat maupun pihak sekutunya. Pengembangan terutama diperhatikan pada aspek yang berkaitan dengan ASW, EW, IR dan EW Self-protection systems, serta solusi jaringan yang lebih canggih.
Pengembangan pada MQ-9B termasuk pada Detect and Avoid System (DAAS) guna membantu operasi terbuka dalam seriap tingkatan ruang udara, Portable Pre/Post-Flight Equipment (P3E) sehingga mampu melakukan misi yang sulit, pada tingkat otomatisasi dan aplikasi Artificial Intelligence (AI) untuk operasi dan pemrosesan, eksploitasi dan diseminasi (PED).
Dengan diakuisisinya drone MQ-9B ini, diharapkan dapat memperoleh keuntungan dalam dukungan bagi pasukan di darat, patroli dan pengintaian maritim, peperangan anti-kapal selam maupun anti-kapal permukaan, penyerangn obyek lawan, peran Pernika, dan lain-lain, dapat terlaksana dengan lebih efisien dan efektif.
Secara konsep dan dengan dirilisnya berita kehadiran MQ-9B oleh GA-ASI, serta persetujuan dari pihak Angkatan Bersenjata, pengembangan drone ini telah memperoleh keberhasilan untuk melengkapi drone-deone pendahulunya yang sudah terbukti kinerjanya.
MUHAMMAD ALI HAROEN
sumber: Defense News (Agustus 2020), Armada International, August 2020, & GA-ASI news letter.