Kapal canggih KRI Rigel untuk survei hidro-oceanografi milik Pushidrosal Jakarta (IndonesiaMandiri) – Momentum Hari kebangkitan Nasion...
Kapal canggih KRI Rigel untuk survei hidro-oceanografi milik Pushidrosal |
Jakarta (IndonesiaMandiri) – Momentum Hari kebangkitan Nasional ke-111 pada 20 mei 2019 kali ini, tepat rasanya bila dikaitkan dengan era Poros Maritim Dunia yang telah didengungkan Pemerintah sejak lima tahun lalu. Mengapa? Karena selama ini kita seperti terlena dengan fokus pembangunan sebagai negara agraris. “Menurut saya ini keliru. Ini masalah cara pandang. Kalau kita sebagai negara agraris, mestinya semua kebutuhan didarat bisa terpenuhi. Kan belum,” ujar Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H., Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL atau Kapushidrosal, kepada IndonesiaMandiri (15/5).
Menurut Harjo, cara pandang agraris itu bentukan Belanda di masa lalu, agar bangsa Indonesia sibuk dengan urusan di dalam negeri saja (inward looking) alias tidak berkembang keluar. Sementara, menurut Harjo yang alumni terbaik AAL Angkatan XXXII/1987, Indonesia sebenarnya adalah negara maritim yang orientasinya keluar (outward looking). Sejarah membuktikan di era Sriwijaya dan Majapahit, pengaruh Indonesia sangat jauh hingga ke Cina dan Madagaskar, disamping Asia Tenggara. Nah, kini saatnya harus keluar kembali kiprah Indonesia sebagai negara Maritim dimana 70 persen wilayahnya dihuni oleh perairan.
“Semua media, seperti komunikasi, perdagangan, perhubungan, semuanya tergantung dari laut. Bahkan pakar Geopolitik Dunia AT. Mahan pernah mengatakan, siapa menguasai laut, dia akan menguasai dunia. Artinya, kalau perdagangan dunia dikuasai, maka ekonomi dunia dikuasai. Kalau ekonomi dunia dikuasai, maka dunia pun bisa dikuasai,” jelas Harjo yang kelahiran Tegal, Jawa Tengah, Februari 1965. Bila Indonesia kini berbicara soal penguasaan laut, sebenarnya memang agak terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. “Minimal kita harus menguasai laut Indonesia sendiri. Karena selama ini kita belum mampu menguasainya. Mengapa? Karena masih banyak pemain asing yang bermain di tempat kita,” jelas Laksamana berbintang dua ini.
Jadi, dalam momentum Kebangkitan Nasional, Harjo mengingatkan perlunya bernai berpikir dan bertindak untuk penguasaan segala potensi yang ada di laut kita sendiri. “Jadi faktor keamanan, pengendalian sumber daya laut, harus kita kuasai sendiri. Seluruh sektor mharus berpikir kesana. Kalau dulu kita sudah punya konsep Wawasan Nusantara, itu sudah tepat,’’ ungkap Harjo yang juga menjabat sebagai Vice Chairman East Asia Hydrographic Commission (EAHC) periode 2018-2021.
Kapushidrosal Laksda TNI Harjo Susmoro |
Sejak 2016 menjabat sebagai orang nomor satu Pushidrosal, Harjo dan jajarannya telah banyak memberikan andil untuk membawa lembaga hidrografi sangat dikenal di seantero dunia. Tapi justru tidak di rumah sendiri. Karena diakuinya, “selama ini lembaga hidrografi kurang mendapat perhatian yang signifikan. Padahal diluar negeri, perannya besar sekali. Kalau mau berbicara hidrografi dunia, rujukannya ke Inggris. Padahal, wilayah Inggris dengan kita lebih besar Indonesia. Jadi, kalau Presiden Jokowi bicara mau jadi Poros Maritim Dunia, maka segala sesuatu tentang Maritim mestinya tanya kepada Indonesia,” tegas Harjo.
Untuk itu, Harjo menekankan pentingnya sejumlah pilar menuju penguatan sektor Maritim segera diperkuat. Diantaranya adalah: Hidupkan kembali budaya maritim, Tata kelola sumber daya laut dibenahi dan dikuasai, Infrastruktur dan konektifitas juga dibangun, penguatan peran diplomasi di berbagai forum internasional terkait misi kemaritiman Indonesia, serta penguasaan sektor pertahanan . Semua pilar di atas, mustahil berjalan tanpa adanya peran hidrografi. Karena hidrografi tak hanya mengurus soal peta laut belaka, tapi juga kunci menuju kemakmuran ekonomi sebuah bangsa. Tak heran, Harjo bertekad kedepan menjadikan Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi Nasional dan Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia terbaik di dunia (ma).
Foto: abri