Fitri Nurlaela bangga sebagai Polisi Kehutanan Jakarta (IndonesiaMandiri) - Peringati hari Kartini pada 21 April, seringkali kita berc...
Fitri Nurlaela bangga sebagai Polisi Kehutanan |
Jakarta (IndonesiaMandiri) - Peringati hari Kartini pada 21 April, seringkali kita bercermin pada kebanyakan sosok perempuan Indonesia masa kini yang juga miliki peran strategis, mandiri, dan penuh tanggungjawab dalam bekerja. Seperti halnya profesi sebagai Polisi Hutan (Polhut), terlebih perempuan, di Indonesia masih agak jarang didengar. Padahal peran Polhut ini begitu penting, dalam menjaga serta melestarikan alam beserta isinya. Ini yang dijalankan Fitri Nurlaela, Polisi Kehutanan Pelaksana di Balai Konservasi Sumberdaya Alam/BKSDA Jakarta. BKSDA ini berada di dalam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), khususnya Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Fitri, yang kelahiran Bandung Juli 1985, adalah lulusan Sekolah Kehutanan Menengah Atas/SKMA Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat pada 2003. SKMA selevel dengan SLTA atau SMK, merupakan sekolah yang dibina oleh KLHK dan di Indonesia hanya ada lima sekolah (Pekanbaru, Kadipaten, Samarinda, Makasar dan Manokwari). Setelah lulus, Fitri langsung mencoba mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil/CPNS di KLHK dan diterima. Pos pertamanya Fitri ditempatkan sebagai Polhut di Taman Nasional Betung Karihun, Kalimantan Barat, selama 2,5 tahun.
Sebagai Polhut, Fitri mendapati pendidikan layaknya seorang polisi dan ditempa dalam diklat yang dibina oleh Polri di Lido, Jawa Barat. Disamping soal kedisiplinan dan baris-berbaris, Ia juga memperoleh pendidikan khusus untuk mengenal lebih dekat dengan alam beserta isinya serta upaya bertahan hidup di lapangan (jungle survival). Dengan seragam lapangannya yang khas warna hijau, sepatu laras tinggi dan juga adakalanya dipersenjatai (senjata laras panjang), "Pengalaman saya paling berkesan di Betung Karihun saat ada operasi gabungan di 2005 selama seminggu bersama TNI-Polri. Disitu kita jalan kaki untuk menuju lokasi saja selama dua hari. Perempuannya hanya 2 orang termasuk saya. Dan akhirnya bisa ikut membantu petugas yang menyita aset perusahaan kayu, menahan oknum yang terlibat Illegal logging," kisah Fitri yang kini dikarunia dua anak.
Fitri bersama rekan kerjanya mesti keluar masuk hutan-rawa sebagai Polhut |
Semenjak menikah (2006), Fitri pindah unit di BKSDA Jakarta. Di tempat ini, ia memang lebih banyak dibelakang meja. Sesekali saja ke lapangan. "Tantangan di BKSDA Jakarta dengan di BKSDA atau Taman Nasional lainnya berbeda. Di sini lebih banyak soal kepemilikan satwa liar. Jadi kita banyak melayani masyarakat," jelas Trustiadi, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Jakarta yang juga Polhut. Fitri sudah terlanjur cinta sebagai Polhut. "Saya sering rindu untuk ke lapangan. Kalau di sini paling ke Pulau Bokor, Pulau Rambut, Untung Jawa, urusi pembersihan sampah di laut. Saya menikmati profesi sebagai Polhut," ungkap Fitri.
Kini, Fitri sedang melanjutkan studi untuk meraih gelar sarjana strata-1. Di saat Hari Kartini, ia menilai peran perempuan Indonesia kian luas kemampuannya dan setara dengan laki-laki. Harapannya, peran Polhut lebih dikenal lagi oleh masyarakat seperti halnya di luar negeri. Di AS
Amerika Serikat misalnya, Polhut yang dikenal dengan "Ranger", sangat ikonik dengan seragam nya. "Ini belum terjadi di Indonesia, beberapa kali saya menggunakan seragam Polhut orang masih bertanya tentang seragam saya," aku Fitri (ma).
Foto: Istimewa