Jakarta (IndonesiaMandiri) - Setelah Rusia membuat terobosan teknologi kendaraan tempur/ranpur pada Tank Tempur Berat T14 Armata, kini Ne...
Jakarta (IndonesiaMandiri) - Setelah Rusia membuat terobosan teknologi kendaraan tempur/ranpur pada Tank Tempur Berat T14 Armata, kini Negara-negara NATO berupaya untuk meningkatkan kualitas ranpurnya, baik dari kelas menengah seperti M2 Bradley, hingga berat seperti Leopard.
Ranpur lapis baja tidak saja sebagai pendobrak pertahanan lawan tetapi juga ditujukan sebagai pendukung gerak pasukan infanteri yang disebut sebagai kendaraan Mobile Protected Firepower atau MPF yang akan memberikan perlindungan kepada tim pasukan infanteri, dapat menempuh jarak jauh dengan cepat dengan kemampuan tembakan langsung (direct-fire) pada serangan awal maupun dukungan tembakan lanjutan.
Angkatan Darat Amerika Serikat menyusul sekutu Eropanya, telah menerbitkan strategi modernisasi kendaraan tempur pada Oktober 2015. Dan, sejak itu telah diupayakan mendapatkan prototype yang sesuai dengan kebutuhan operasi maupun kebutuhan teknis yang telah dikaji sebelumnya. Pihak Angkatan Darat memberikan waktu 14 bulan kepada kontraktor untuk menyerahkan prototype MPF tersebut, terhitung sejak proposal disetujui.
Pihak angkatan darat Amerika sedang berupaya untuk memenuhi kebutuhannya dalam waktu yang singkat, sehingga mereka memilih untuk mengambil sumber teknologi yang sudah ada di pasar komersial atau COST (commercial off-the-self technology), dibandingkan dengan menghabiskan waktu tahunan untuk melakukan pengembangan teknologi.
Pihak calon kontraktor yang turut bersaing antara lain SAIC yang berpasangan dengan ST Kinetics dari Singapura, CMI Defense dari Belgia, BAE Systems dari Inggris dan, General Dynamics Land Systems dari Amerika Serikat. SAIC/ST Kinetics berkoloborasi dengan CMI Defense Belgia mengajukan chassis next-generation armored fighting vehicle dari ST Kinetics yang akan dipasangi kubah 3105 dari CMI Cockeril.
BAE Systems menawarkan Sistem Senjata Lapis Baja M8 Buford berkemampuan baru dan komonen yang telah di modernisasi.
General Dynamics Land System menawarkan kombinasi kubah model mutakhir Tank Abrams dengan chassis dari program AJAX Inggris, Kendaraan ini telah dipinjam dan dipamerkan dalam acara konferensi tahunan Angkatan Darat AS AUSA (Association of the United States Army) 2018.
Penilaian sebagian pengamat atas kompetisi ini, pilihan akan jatuh kepada prototype BAE Systems/General Dynamics Land System. Untuk Tank kelas Berat, TARDEC (Tank Automotive Research, Development and Engineering Center) Angkatan Darat Amerika Serikat sedang mengembangkan program super high-tech tank platform atau Super Tank (termasuk senjata laser). Menggunakan dasar chasis M1A2 SEP Abrams, di jadikan versi M1A2 SEP V4 akan selesai pada 2020, dilengkapi sensor FLIR Generasi ke-3, meriam caliber 120mm dengan amunisi AMP, yang menggantikan amunisi M830 HEAT, dan M830A1 MPAT.
Tahap pengujian akan dilakukan pada 2021, termasuk teknologi laser rangefinder yang baru, kamera berwarna, jaringan terintegrasi didalam kendaraan, sensor meteorology, data-link amunisi dan penerima peringatan. Bobot tempurnya juga akan lebih ringan (diharapkan berkurang 20 persen dari bobot 72 ton yang sekarang).
Kanon ringan kaliber 120mm
Pilihan pada kanon ringan kaliber 120mm merupakan kebijakan dari konsep program FCS atau Future Combat Systems. Program FCS mengembangkan sensor generasi masa depan, jaringan, teknologi seri mobile robotic dari Kendaraan Darat berawak berbobot 27 ton atau MGV. MGV meliputi diantaranya varian artileri Non-Line-of-Sight, Reconnaissance and Surveillance, Infanteri, Ran Medis dan varian Komando-Kendali (Komob). Salah satu kunci dari pengembangan program MGV ini adalah system pendukung tempur yang dipasang di kendaraan atau MCS (Mounted Combat System).
Program MCS Angkatan Darat merupakan kegiatan pengembangan dan uji kemampuan penembakan kanon 120mm super ringan yang diberi kode XM360. Dapat menembakan amunisi yang sudah tersedia saat ini maupun jenis amunisi yang dipersiapkan untuk masa mendatang. Bobot kanon diperkirakan sekitar 2 ton. MCS diawaki oleh dua personel, serta didampingi dua senjata pendukung berupa senapan mesin caliber .50 (12,7 mm) serta pelontar granad caliber 40mm.
Tank Jerman
Selain Amerika Serikat, Negara sekutunya Jerman juga tengah memperiapkan Tank kelas Berat yang baru untuk menghadapi ancaman Tank Rusia. Tank kelas Berat Jerman disebut sebagai Leopard 3.
Untuk jangka pendek dan menengah, Jerman akan mengisi kebutuhan Tank Berat dengan Leopard 2A7 (+) yang dipersiapkan untuk meng-konter serangan Tank Rusia T-14 Armata. Sedangkan untuk jangka panjang dicanangkan untuk mendapatkan rancang bangun kendaraan tempur masa depan pada 2030, disebut sebagai MGCS atau Main Ground Combat System.
Diperkirakan akan bersama-sama dengan Perancis. Dari paparan yang pernah diberikan oleh pihak industri Rheinmetall pada November 2015, tahap jangka pendek untuk modernisasi Leopard 2 untuk menuju MGCS, langkah awalnya adalah mengupgrade Leopard 2 dengan system kubah dengan perangkat digital yang baru, system peringatan situasional dan system pertahanan aktih atau Active Defense System (ADS).
Tank yang baru tersebut nantinya juga memerlukan kanon caliber 120mm bertekanan tinggi serta amunisinya. Diharapkan kemampuannya akan melebihi kanon L55 120mm yang digunakan sekarang (AD AS masih menggunakan versi L44 120mm).
Untuk jangka menengah, Jerman akan memasang kanon caliber 130mm pada Leopard 2 mereka. Ini merupakan konsep baru yang dikatakan kemampuan penetrasi lebih besar 50 persen dari caliber 120mm.
Konsep pengembangan tank kelas berat oleh Negara NATO agaknya sebagian besar terpengaruh kepada teknologi T-14 Armata. Lalu bagaimana apabila menjelang 2030 Rusia mengeluarkan produk baru lagi untuk melanjutkan T-14 Armata? (mah/ab).
Foto: Istimewa