Jakarta (IndonesiaMandiri) - Amerika Serikat/AS merupakan negara paling banyak terlibat dalam pertempuran di sejumlah kawasan dalam hampir t...
Jakarta (IndonesiaMandiri) - Amerika Serikat/AS merupakan negara paling banyak terlibat dalam pertempuran di sejumlah kawasan dalam hampir tiga dekade ini.
Dalam upaya melindungi pasukan darat dari ancaman serangan udara, mereka membutuhkan sistem pelindung yang ampuh dan modern, misal sarana anti-drone hingga sistem senjata peluru kendali anti serangan udara.
Dari berbagai kajian yang dilakukan di AS, mereka masih belum menemukan sistem yang dapat memenuhi ketentuan standar umum yang digariskan untuk kebutuhan Angkatan Darat. Namun sebagai upaya sementara (interim), akhirnya dijatuhkan pilihan pada metode senjata misil anti serangan udara dari Leonardo DRS.
Sistem senjata/sista ini dapat dipasang pada platform kendaraan, seperti diantaranya kendaraan tempur lapis baja beroda ban Stryker. Sista yang disebut sebagai Interim Maneuver-Short-Range Air Defense system dipercayakan pembuatannya kepada Leonardo DRS yang dikembangkan untuk dipasang pada Ranpur Stryker.
Paket sista tersebut akan terdiri dari peluncur misil Stinger dari Raytheon. General Dynamics Land Systems (GDLS) yang memproduksi Stryker juga akan bertindak sebagai integrator untuk system IM-SHORAD (Interim Missile-Short Range Air Defence). Pihak Boeing juga mengharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam program ini dengan menawarkan rangkaian kubah Avenger. Apabila menggunakan kubah Avenger maka Boeing akan satu tim dengan GDLS.
Namun dari demonstrasi SHORAD di Area penembakan misil White Sand, New Mexico pada September tahun lalu, pihak Angkatan darat juga memperhitungkan cara lain, diantaranya Iron Dome dari Rafael, Israel dan Flying Tiger dari perusahaan Hanwha, Korea Selatan.
Selanjutnya, diharapkan IM-SHORAD ini mampu menggabungkan sista misil Stinger dan Longbow Hellfire. Selain senapan mesin coaxial M230 kaliber 7,62mm, serta radar multimission hemispheric “Rada”.
Apabila kontrak ini sudah dapat berjalan, DRS akan menyerahkan paket peralatan misi yang pertama pada Februari 2019, lalu GDLS akan melakukan integrasi sepenuhnya untuk purwa-rupa pada April 2019. Purwa-rupa tahap akhir diharapkan dapat diserahkan kwartal pertama tahun anggaran 2020 (mah/ab).
Foto: istimewa