Menyaksikan "Kompetisi Stand Up Comedy" di sebuah Televisi Swasta Nasional pada tanggal 9 Agustus 2016, rasanya bangsa ini suda...
Menyaksikan "Kompetisi Stand Up Comedy" di sebuah Televisi Swasta Nasional pada tanggal 9 Agustus 2016, rasanya bangsa ini sudah kompak menghina budaya dan makanan aslinya sendiri.
Ada seorang peserta Kompetisi yang datang dari desa, yang memiliki pengalaman makan di Hotel, dengan lugu (Jujur pada diri sendiri) menuturkan culture shock saat ia dihadapkan pada sajian kuliner asing. Pada saat mendengarkan penuturan si peserta, diperlihatkan semua orang, mulai dari Juri, Mentor, hingga penonton yang ada di studio, menertawakan peserta yang mengatakan bahwa dirinya lebih senang makanan Indonesia.
Berkali-kali peserta tersebut sudah mengatakan bahwa dirinya lebih senang dengan makanan Indonesia, dan bahkan dirinya merasa pusing jika memakan keju.
Mendengar penolakan segala yang ke asing-asingan, justru seolah semua orang yang ada di dalam studio tersebut sudah menjadi orang asing di negerinya sendiri. Mereka menertawakan peserta Kompetisi Stand Up Comedy tersebut.
Pertanyaan saya, apakah mereka yang menertawakan sang peserta sudah pernah tinggal dan hidup di luar negeri, dan bukan hanya jalan-jalan ke luar negeri? Karena menurut saya, jika Anda sudah pernah tinggal di luar negeri dan hidup di sana, maka Anda justru akan mengatakan, Rumput Tetangga lebih jelek dari Rumput Sendiri, karena Anda sudah melihatnya dari Tetangga.
Melihat kejadian tersebut di atas, mungkin ini sebagai cerminan, racun yang sudah mendarah daging dalam diri kebanyakan orang Indonesia, sehingga tidak sadar, bahwa apa yang mereka lakukan sudah melegitimasi budaya dan makanan asing untuk lebih eksis, untuk menggantikan budaya dan makanan tradisional. SSM