Jakarta (Indonesia Mandiri) - Larangan mengenai MOS (Masa Orientasi Sekolah) dan OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) sepertiny...
Jakarta (Indonesia Mandiri) - Larangan mengenai MOS (Masa Orientasi Sekolah) dan OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) sepertinya tidak kurang-kurangnya dilarang dari sejak lama, tetapi tetap saja masih banyak Sekolah-sekolah dan kampus-kampus yang memperbolehkan penyelenggaraan MOS dan OSPEK tersebut, dengan alasan asal tanpa kekerasan.
Setelah kekerasan fisik kiranya dapat dihindari, kini timbul masalah dengan kekerasan psikis atau yang populer saat ini dengan bully.
Mencermati minat para Pelajar atau Mahasiswa untuk tetap menggelar yang namanya MOS atau OSPEK, sebenarnya kita harus jeli mencermatinya dari sisi eksistensi masyarakat kaum muda saat ini.
Dahulu semenjak SD kita sudah diperkenalkan oleh yang namanya Pelajaran Budi Pekerti, yang kini dihilangkan. Dihilangkannya pelajaran Budi Pekerti, memberikan hasil yang kasat mata, yakni, akhir tahun 70-an mulai marak dengan apa yang namanya "Tawuran antar Pelajar". Para Pelajar tidak mengenal lagi apa yang namanya Berbudi Luhur yang notabene adalah nilai-nilai yang tadinya sudah build in di dalam diri semua insan Indonesia.
MOS dan OSPEK saat ini masih dijadikan sebagai ajang pencarian eksistensi bagi para senior yang ingin dihormati ala diktaktor. Mengapa saya bilang ala diktaktor, karena didunia Militer saja, apa yang disebut pendidikan Militer mengacu pada filosofi yang kuat, karena mereka harus serta merta waspada dan kuat, jika nantinya mereka berada di Medan Perang.
Kalau Militer mengikutsertakan kekerasan, karena ada dasarnya, yakni Perang Melawan Musuh, yang tidak kenal ampun.
Nah kalau MOS dan OSPEK, apa hubungannya dengan kekerasan atau bully sekalipun, karena filosofi Pendidikan adalah Pengajaran ke arah yang positif, bukan pengajaran an sich. Di sinilah bedanya, antara Pendidikan dan Pengajaran. Jadi sebaiknya MOS atau OSPEK itu adalah saatnya para senior berlomba menunjukan hasil prestasi mereka selama mereka menerima pendidikan di Sekolah atau Kampus tersebut.
Jadi mulailah memberi arah akan arti penghormatan, yakni bukan karena mereka lebih dahulu masuk sekolah atau kampus tersebut, tetapi dari prestasi yang mereka dapat selama mengenyam pendidikan di lingkungan tersebut. Lagi-lagi kenyataan di lapangan, siswa atau calon mahasiswa yang baru masuk, sudah berjaga-jaga untuk tidak disepelekan. Yang ada hasilnya adalah main adu kuat-kuatan otot.
Mengapa siswa atau calon mahasiswa tersebut berlaku tidak santun??? Karena dihilangkannya pelajaran Budi Pekerti di Sekalah Dasar....
Sapto Satrio Mulyo