Bandung (Indonesia Mandiri) - Masyarakat perkotaan kini sudah mulai lebih realistis dibanding 5 atau 10 tahun yang lalu. Hal ini terliha...
Bandung (Indonesia Mandiri) - Masyarakat perkotaan kini sudah mulai lebih realistis dibanding 5 atau 10 tahun yang lalu.
Hal ini terlihat dari menurunya tingkat gengsi para Eksekutif Muda (Eksmud), yang dahulunya selalu diiringi dengan gaya seorang insan metropolitan, yang memiliki standar gengsi yang salah, yang mana semua hal hanya dilihat dari standar materi belaka saja.
Belum terlalu lama, yakni sekitar tahun 2012 hingga 2014, saya masih sempat mengamati, banyaknya eksekutif muda yang mulai mencoba melepaskan atribut-atributnya untuk berangkat kerja, yang salah satunya dengan berkendaraan mobil pribadi, kini berganti menggunakan KRL (Kereta Listrik).
Trend eksekutif muda menggunakan KRL, semula tidak terlalu kentara, saya hanya melihatnya dari pakaian yang dikenakan mereka, dimana pakaian branded tersebut tidak bisa bohong.
Setahun berlalu dari 2012, ke 2013, ada pemandangan yang sedikit menggoda kita semua. Dimana para Eksmud tersebut yang menggunakan KRL, sudah banyak yang tanpa canggung lagi mengenakan dasi mereka. Sedangkan pada awalnya atau sekitar tahun 2012, para Eksmud yang menggunakan KRL tersebut, pasti tidak mengenakan dasi mereka saat mereka di dalam KRL - karena gengsi itu tadi. Mereka menyempatkan diri di Toilet gedung perkantoran dimana mereka bekerja, untuk memasangkan dasi mereka, sebelum mereka masuk ke kantor mereka masing-masing.
Fenomena ini memotret, apa yang dikatakan bahwa masyarakat perkotaan sudah lebih realistis menghadapi kehidupannya. Hal lain yang positif, adalah menghilangkan perbedaan kelas yang didasari oleh strata jenis pekerjaan. Semisal dahulu yang naik KRL hanyalah pekerja Kerah Biru, sementara saat ini pekerja Kerah Putih pun naik kendaraan umum yang sama.
Semoga kedepan masyarakat Indonesia akan lebih realistis lagi, sehingga kita tidak dijadikan pasar dari Negara-negara yang masyarakatnya sudah realistis.
Sebagai contoh, masyarakat Jerman misalnya, mayoritas dari mereka membeli gadget sesuai kebutuhan, dimana mereka melihat fungsi dari gadget yang mereka butuhkan, bukan untuk gengsi-gengsian. Jadi jangan heran, jika seorang yang tinggal di lingkungan sangat-sangat elit, masih memakai HP jadul, yang bukan Android, karena si empunya hanya butuh SMS-an.
Hal ini terlihat dari menurunya tingkat gengsi para Eksekutif Muda (Eksmud), yang dahulunya selalu diiringi dengan gaya seorang insan metropolitan, yang memiliki standar gengsi yang salah, yang mana semua hal hanya dilihat dari standar materi belaka saja.
Belum terlalu lama, yakni sekitar tahun 2012 hingga 2014, saya masih sempat mengamati, banyaknya eksekutif muda yang mulai mencoba melepaskan atribut-atributnya untuk berangkat kerja, yang salah satunya dengan berkendaraan mobil pribadi, kini berganti menggunakan KRL (Kereta Listrik).
Trend eksekutif muda menggunakan KRL, semula tidak terlalu kentara, saya hanya melihatnya dari pakaian yang dikenakan mereka, dimana pakaian branded tersebut tidak bisa bohong.
Setahun berlalu dari 2012, ke 2013, ada pemandangan yang sedikit menggoda kita semua. Dimana para Eksmud tersebut yang menggunakan KRL, sudah banyak yang tanpa canggung lagi mengenakan dasi mereka. Sedangkan pada awalnya atau sekitar tahun 2012, para Eksmud yang menggunakan KRL tersebut, pasti tidak mengenakan dasi mereka saat mereka di dalam KRL - karena gengsi itu tadi. Mereka menyempatkan diri di Toilet gedung perkantoran dimana mereka bekerja, untuk memasangkan dasi mereka, sebelum mereka masuk ke kantor mereka masing-masing.
Fenomena ini memotret, apa yang dikatakan bahwa masyarakat perkotaan sudah lebih realistis menghadapi kehidupannya. Hal lain yang positif, adalah menghilangkan perbedaan kelas yang didasari oleh strata jenis pekerjaan. Semisal dahulu yang naik KRL hanyalah pekerja Kerah Biru, sementara saat ini pekerja Kerah Putih pun naik kendaraan umum yang sama.
Semoga kedepan masyarakat Indonesia akan lebih realistis lagi, sehingga kita tidak dijadikan pasar dari Negara-negara yang masyarakatnya sudah realistis.
Sebagai contoh, masyarakat Jerman misalnya, mayoritas dari mereka membeli gadget sesuai kebutuhan, dimana mereka melihat fungsi dari gadget yang mereka butuhkan, bukan untuk gengsi-gengsian. Jadi jangan heran, jika seorang yang tinggal di lingkungan sangat-sangat elit, masih memakai HP jadul, yang bukan Android, karena si empunya hanya butuh SMS-an.
Sapto Satrio Mulyo